Menuju Operasi Pertamaku: Odontectomy

Pernah dengar peribahasa "Sakit hati lebih mendingan daripada sakit gigi"? Kalau pernah dengar, berarti kamu harus sangat bersyukur! Sebab kenangan manis bersama doi di hatimu gak ada apa-apanya hahahaha 😀

Pada dasarnya, semua sakit pasti gak enak. Tapi bagi orang yang udah pernah mengalami sakit gigi, pasti milih mendingan sakit yang lain (misal perut, diare, bahkan hati a.k.a perasaan). Sakit gigi yang aku alami disebabkan karena adanya lubang di geraham bungsu (paling belakang). Memang geraham bungsuku itu impaksi jadi, kalau berlubang ya wajar (?). Padahal aku ingat betul waktu itu kelupaan (telat) sakit gigi malam tapi akhirnya sikat gigi pas bangun jam 3 pagi. Cuma karena itu... sakit giginya beuh naujubillah...subhanallah 😢

Dulu waktu masih kuliah, aku pernah ke tambal gigi (yang ditambal depannya geraham bungsu) ke dokter gigi dan sudah dibilangin kalau geraham bungsuku berpeluang untuk bermasalah di kemudian hari karena impaksi ini. Dan kalau selama gak ada masalah, selama gak mengganggu gigi bungsu itu, yo wes didiemin juga gak apa-apa. Selain itu, kuliah belum punya duit banyak jadi ya dihemat-hemat banget segala pengeluaran. 

Sekarang pas udah kerja punya duit, pas banget lagi sakit, yo wes segera ditindaklanjuti supaya gak mengganggu kinerja kantor. Sakit gigi ini berlangsung selama tiga hari dari hari Jumat dan udah ditahan-tahan karena gak ada dokter gigi (rujukan dari BPJS) yang bisa ditindaklanjuti segera dan weekend tutup. Akhirnya, hari Senin-nya aku putuskan untuk gak masuk sangking sakit giginya gak bisa ditahan. Nyut-nyutnya merambat sampai ke sakit tenggorokan dan pusing kepala. Senin itu juga aku langsung ke puskesmas BPJS-ku dan dapat rujukan ke dokter gigi RS Salak Bogor bareng Mama dan Papa. Sebenarnya, aku langsung dirujuk ke dokter bedah mulut untuk operasi pencabutan gigi geraham bungsu itu tapi, karena BPJS-ku di Kabupaten Bogor, jadi harus dirujuk ke Kota Bogor yang ada linknya dengan puskesmasku. Dan ternyata linknya ke RS Salak Bogor terlebih dahulu. Setelah dapat rujukan, langsung cuss ke RS Salak Bogor. Ambil nomor antrian BPJS di mesin yg dijagain satpam, dapet nomor 135 dan... alhamdulillah saat itu nomornya udah 134. Setelah itu, aku mendapat kartu RS Salak Bogor.

Kartu RS Salak Bogor

Pas dipanggil, pake ada acara drama dulu lagi. Mas-mas loketnya salah ketik kwitansi BPJS yang mana diagnosanya adalah Bedah Tulang 😯😯😯
Setelah minta perbaikan, aku langsung bergegas untuk antri ke poli gigi dan...lumayan lama kemudian dipanggil. Aku disuruh duduk di kursi pasien dan cuma 15 detik doang dokternya ngorek-ngorek si gigi geraham bungsu sebelah kiri bawah (yang bikin sakit itu). Dokternya ibu-ibu lanjut usia dan kyknya udah senior di situ. Ya...prasangka baik aja deh, mungkin dy cepet-cepet karna udah senior dan banyak antrian dan mungkin juga karna udah tau kalo ini langsung ditindaklanjuti di dokter bedah mulut yg mana bukan keahlian dy. Dapatlah surat rujukan dari dokter itu yang merujukku ke RSUD Kota Bogor.
Aku bertanya "Dok, bisa gak langsung ke RS Marzuki Mahdi aja?"
Dokternya menjawab "Gak bisa. Kan RS Marzuki tingkat faskesnya di atas RS Salak. Harus dirujuk ke RS yang setara dulu baru nanti dari RSUD itu dirujuk ke Marzuki."
"Oh...gitu ya Dok."
Padahal dalam hati, emang dasar dokternya aja mau memperlama proses pengobatan. Mentang-mentang pasien BPJS, dinomorduakan. Helloooo...BPJS juga bayar loh. Saya udah tingkat faskes I yang iurangnya udah 80 ribu per bulan. Apalagi jadi anggota BPJS dari tahun kapan tau. Kalau ditotal setahun aja udah 960 ribu.

Menahan perasaan kesal, surat itu langsung ku bawa ke BPJS Center untuk dicap dan diberikan kwitansi dan surat rujukan versi BPJS. Ketika mas-masnya ngetik, aku coba ngeloby kalau mintanya langsung ke RS Marzuki Mahdi aja biar cepet aja prosesnya secara sakit gigi tau sendiri, kan sakitnya gimana?? Dan ternyata kata mas-masnya, "Bisa kok Mbak. RS Salak kan di kota Bogor. Jadi selama masih di Bogor masih bisa kalo ke RS PMI Bogor atau Marzuki Mahdi. Dan RS Salak, PMI Bogor dan Marzuki Mahdi masih selevel tingkatannya."
Masnya udahlah ganteng baik hati juga. Pakaian dinas Siliwangi menambah kegantengannya 😘
Akhirnya, dy ganti kwitansi dan surat rujukan BPJS itu menjadi ke RS Marzuki Mahdi. Alhamdulillah...

Langsung cari angkot yang melewati RS MM bersama Mama. Lupa waktu itu naik angkot berapa. Dari RS Salak langsung belok kanan ke sekolah Regina Pacis. Tak lama, kami turun di perempatan Mawar dan ganti angkot yang disuruh orangnya cepet-cepet naik gitu...biasalah kenek nyari penumpang.
"Lewat RS Marzuki Mahdi? " "Iya" Angkotnya yang bagus dan besar.

Setibanya sampai depan RS MM, aku membayar gak pake uang pas yaitu Rp10.000 dan...abangnya langsung cuss tanpa babibu. Dalam hati, yasudahlah. Biasanya orang dzalim pasti gak akan berkah duit yang didapatnya.
Aku nyebrang dan langsung masuk dalam keadaan bingung mau ke Poli Gigi di mana. Masuk lurus terus, akhirnya ketemu persis di sebelah kanan gak jauh dari pintu masuk utama. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB dan rasanya udah putus asa gak akan dapet nomor antrian lagi. Antrian depan poli gigi juga sedikit orangnya dan kami pun gak langsung masuk ke poli gigi. Karna kata Mama, kita harus ke loket BPJS dan daftar kartu RS dulu baru bisa antre di poli gigi. Dari poli gigi, kami nanya ibu-ibu yang keliatannya juga pasien situ di mana tempat loket BPJS. Ibu-ibu itu gak tau dan nyebelin banget sih menurutku. Untungnya ada bapak-bapak yang sedang lewat dan menunjukkan jalan menuju loket BPJS dan daftar kartu RS. Kami langsung bergegas dan...tibalah di receptionist utama. Aku langsung nanya bagaimana kalau daftar BPJS dan RS dan menjelaskan riwayat penyakitku dari RS Salak. Mas-mas receptionist yang gak terlalu ramah itu menjelaskan bahwa prosedur BPJS gak bisa dua kali rujuk RS dalam satu hari yang sama. Sementara aku udah dari Puskesmas ke RS Salak, itu dihitung satu kali. Dan ternyata daftar kartunya lewat online dan itu harus isi formulir dulu dan itu harus besok lagi dikerjakannya karna percuma poli giginya sudah tutup juga. Udah males banget waktu itu apalagi gigi udah nyut-nyut gak bisa kompromi. Setelah itu, mas-masnya suruh menanyakan kepastian lagi ke loket informasi sekaligus nanya jadwal dokter. Okelah, aku langsung beranjak ke sana dan dilayani mbak-mbak loket informasi.

Kasihan mbak-mbak itu aku serbu dengan kecerewetanku dengan pelbagai pertanyaan hehehe... Sing sabar ya Mbae 😇
Mulai dari jadwal dokter gigi, dokternya siapa, cara daftar kartu RS dan BPJS, jadwal poli gigi dll. Yang akhirnya kesimpulannya, aku gak mau dioperasi di RS MM karna luama buanget rek nunggunya. Paling cepet 2 bulan karna menurut informasi mbak loket informasi itu, hampir semua rujukan operasi bedah mulut di Bogor ke dokter BM ini. Yasudahlah memang belum rezeki. Eh tapi langsung muncul ide kalau aku harus balik ke RS Salak untuk mengganti rujukannya ke RS PMI Bogor. Aku mau coba terakhir di situ sebelum merogoh kocek sendiri, huft...

Langsung pesen Go-Car ke RS Salak dan pergi lagi ke mas-mas ganteng di BPJS Centre. Setelah curhat kisah tragis di hari Senin, bela-belain gak masuk kantor dan siap-siap mental diomongin sama atasan yg kurang suka anak buahnya sering izin walau sakit, mas-mas ganteng itu memberikan petunjuk bahwa surat rujukan dari dokter gigi RS Salak harus diganti yang baru dengan tujuan ke RS PMI Bogor, which is, aku harus bertemu dokter gigi yang gak ramah itu dengan menyiapkan skenario drama bahwa aku gak bisa menunggu terlalu lama. Dengan perasaan takut-takut, aku memberanikan diri masuk ke poli gigi dan menemukan dokter itu masih duduk di tempat yang sama. Lagi Makan Siang doongg... dan sangat terpatri dengan jelas mimik wajahnya yang terganggu dengan bocah riweuh ini.
"Dok, ini saya habis dari RS rujukan dan saya harus nunggu 2 bulan di RS ini. Saya tadi udah ke BPJS Centre katanya bisa kalau diganti rujukannya ke RS PMI Bogor. Saya mau coba dulu ke RS PMI Bogor, siapa tau waktu tunggunya lebih cepat sedikit."
Dia menghentikan makan siangnya, ngelap tangan pake tisu dan memakai kacamata.
"Ini tulisannya RS Marzuki Mahdi. Padahal tadi saya rujuknya ke RSUD Bogor loh. Kamu coba ganti ya?"
"Itu bukan tulisan saya Bu. Tulisan saya gak begitu. Mungkin orang BPJS Centre-nya."
"Kenapa kamu mau ke RS PMI Bogor?"
"Saya udah ke RS Marzuki Mahdi Bu. Ternyata di sana nunggunya 2 bulan. Saya mau coba dulu di RS PMI Bogor."
Dokter gigi di sebelah nyaut, "Harusnya gak bisa lho RS Salak ke RS Marzuki Mahdi atau PMI Bogor. RS Salak kan di bawah mereka levelnya. Kalau mau yg bikin rujukan ya RS Marzuki Mahdinya, bukan kita."
"Saya tanya BPJS Centre bisa kok Bu. Ini yg ganti mungkin orang sana pas saya mau nego ke RS Marzuki Mahdi dari pada RSUD."
Dokter gigi itu langsung nyuruh perawatnya untuk telepon ke BPJS Centre menanyakan kepastian dan ketidaksopanan (menurut dia) petugas BPJS Centre yang mengganti seenaknya tulisan rujukan dia. Dari suara di sebrang sana, sepertinya memang menjelaskan bahwa BISA dirujuk ke 2 RS besar di Kota Bogor itu. Perawat yang menelepon ke sana menjelaskan dengan suara yang sopan ketimbang dokternya sendiri hahaha. Setelah ditutup, perawat itu menjelaskan bahwa seharusnya penggantian tulisan dokter harus disertai dengan tandatangan resmi bahwa memang itu saran dari BPJS Centre.
"Yaudah kamu ke sana lagi minta tandatangan orang BPJS Centre terus ke sini saya buatkan yang baru."
Mencoba menahan kekesalan dan sabar, aku langsung ke mas-mas BPJS Centre dan menceritakan surat rujukan tadi.
"Memangnya gak bisa ya Pak?" Pura-pura kemakan omongan dokter gigi.
"Bisa (sambil mengangguk dan menatap dengan pasti)."
"Katanya alasannya RS MM dan PMI Bogor di atas levelnya RS Salak Pak. Jadi katanya harus yang selevel dulu."
"Bisa. Selama masih di Kota Bogor, bisa kok. Justru Salak, PMI dan Marzuki Mahdi itu selevel. Kecuali Mbak langsung ke RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta. Itu yg gak bisa. Awalnya mau ke situ langsung dari sini kan?"
"Iya."
"Jadi ditangani seregional dulu. Berarti ditangani di Bogor. Kalau benar-benar RS itu gak mampu atau butuh penanganan lebih serius ke RS yang lebih lengkap, baru dirujuk ke Jakarta."
"Ooh gitu...syukurlah. Ini mas, disuruh tandatangan dan cap Mas. Soalnya tadi saya dikira memalsukan dan ganti sendiri yang coretan ini."

Setelah dapat tandatangan dan cap, aku balik lagi ke dokter gigi itu. Dokter gigi itu tidak berkata banyak, dan menuliskan kembali surat rujukan yg baru ke RS PMI Bogor dengan tambahan catatan di bawah 'Atas Permintaan Pasien'.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul setengah 3 siang. Sudah pasti sia-sia datang ke RS PMI Bogor. Langsung saja pulang ke Stasiun Bogor, aku jalan kaki sama Mama dari RS Salak menelurusi trotoar samping Regina Pacis, Walikota Bogor, DPRD Bogor dan Taman Topi. Aku suka berjalan kaki begitupun Mamaku. Rasanya tenang, untung Mama kuat.

(bersambung)




Comments

Popular posts from this blog

Menuju Operasi Pertamaku: Odontectomy (2)

Menuju Operasi Pertamaku: Odontectomy (3)